ME
Follow Me
Tampilkan postingan dengan label Novel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel. Tampilkan semua postingan

Aduh! ujar Normi kesakitan saat ditabrak oleh seseorang.

Maaf, saya buru-buru...!, ujar perempuan misterius sambil berlari menjauh dari Normi.

"Perempuan aneh", ucap Normi sambil melanjutkan jalan ke tempat kerja.

Sesampainya di tempat kerja, Normi melakukan aktivitas baru-nya sebagai karyawan Swasta.

"Selamat bergabung dan lanjutkan training di hari pertamamu, do the best!" kata Pak Ardni dengan senyum khas nya yang agak datar.

Selama training, Normi diajarkan oleh Lee, karyawati yang akan bekerja bersamanya, dengan muka Jawa yang agak jutek. Diajarkan bagaimana alur barang sebelum sampai ke gudang, dari proses PR (Purchase Request) sampai barang datang dan disimpan di gudang. Tidak hanya itu, Normi pun diajak berkeliling ruangan di lantai 7 kantornya. Yap, Normi bekerja sebagai Pengelola Gudang kantor atau dengan kata lain Admin Logistik.

"Perempuan aneh itu... baru kerja disini juga rupanya", ujar Normi dalam keadaan fokus yang terpecah saat melihat perempuan yang menabraknya tadi.

dan suara Trainer Lee hanya seperti angin dari kipas rumahnya yang sudah soak, mengarah ke wajahnya tapi tidak terasa anginnya.

"Perempuan aneh ini, klo diperhatikan cantik juga", ungkap Normi sambil melewati meja kerjanya dan melanjutkan training.

"Saya anggap kamu sudah paham dengan penjelasan saya tadi. Untuk hari ini cukup dan selamat bergabung!, sambut Lee dengan aksen Profesionalnya.

Hari itu, kebiasaan Normi pun menjadi sangat berubah. Maklum, itu karena hari pertamanya menjadi pekerja karena sebelumnya pelajar.

"Yuk, makan siang!, ajak seorang karyawan bernama Eja.

"Sialan, perempuan aneh itu lagi! Kenapa guwe terus kepikiran ya? dan Guwe jadi ikutan aneh", fikir Normi sambil menyantap makan siang paling mewah seumur hidupnya, saat itu.



Seperti biasa, meski matahari sudah tidak di posisinya tapi mata masih belum redup. Malam yg sunyi dan entah mengapa ada begitu banyak nyamuk di ruangan dengan luas 6M2. Terdengar suara kipas yg menyala disertai suara aneh dari mesinnya, dan beberapa lukisan wajah wali songo disalah satu sisi dalam ruangan yang terlihat tampak memperhatikan guwe.

"Oh man...Seharusnya, tadi guwe beli lotion nyamuk pas pulang dari wawancara", gumam Normi dalam hati sambil menggaruk tangan yg digigit nyamuk.

"Nor....", terdengar suara Ibu yang sedang memanggil nama guwe.

"Yaa, bu...!", Sahut Normi sambil bergegas menghampiri.

"Sudah pulang, toh. Adik-adik mu mana?", Tanya Ibu sambil membereskan sayur dagangan.

"Lagi pergi, bu...", Jawab Normi sambil ikut membantu membereskan dagangan.

"Pergi kemana?!", Tanya Ibu tampak bingung.

"Ke pulau...", Jawab Normi dengan cepat.

"Ke pulau?? Pulau mana? Sama siapa?" Tanya Ibu dengan sangat bingung.

"Ke pulau kapuk, bu... hhe", Jawab Normi sambil cengengesan.

"Kamu ditanya serius malah bercanda!" Ujar Ibu sambil melempar kol yg masih utuh dan...

"Aduhh... Maaf, bu... Normi bercanda", jawab Normi dengan sedikit kesakitan dan cengengesan.

"Bawa semuanya ke dalam dan simpan di dapur! Coba besok bercanda lagi bikin Ibu jantungan, ta' lempar gerobak! Tantang Ibu tampak emosi.

Tanpa banyak bicara lagi, Normi segera menuruti perkataan Ibunya.

"Gimana wawancara mu, lancar?", Tanya Ibu ke Normi yg sedang kembali ke kamar.

"Alhamdulillah, terasa terlalu mudah, bu. Karena pewawancara Pak Ardni dan beliau cuma bilang : "klo ditanya sudah interview atau belum sama bu Inuy, jawab saja sudah ya..." dan beliau juga tanya ke Normi, apakah bisa bahasa Inggris atau tidak", terang Normi pada Ibunya.

"Loh, terus kamu jawab apa?", Tanya Ibu.

"Bisa sedikit", jawab Normi.

"Terus??", Ibu.

"Pak Ardni bilang, sudah bisa pulang dan tunggu panggilan dari pihak HRD. Sekitar 1-2 hari, prosesnya tidak lama karena sedang membutuhkan karyawan", Normi.

"Ijazah mu gimana?", Ibu.

"Bisa nyusul", Normi.

"Apa gakpapa kaya gitu?", Ibu.

"Mana tahu, bu. Wong Pak Ardni ajah gak masalahin...", Normi.

"Yaa Ibu kan khawatir klo kamu sudah kerja beberapa hari tapi karena ijazah gak ada, jadi kamu gak digaji atau hal lain yg lebih buruk", Ibu.

"Ibu gak usah khawatir, selama pak Ardni enggak permasalahin itu bukan sesuatu yg penting. Klo emang penting, beliau pasti sudah bilang dari awal untuk bawa ijazah. Nyatanya enggak. Dan sepertinya, beliau punya jabatan tinggi di perusahaan itu." Terang Normi sambil memasuki kamarnya yg tanpa pintu dan hanya ditutupi kain.

"Yowes, istirahat... Besok bangun pagi bantu Ibu. Pintu depan jangan lupa dikunci!", Perintah Ibu sambil berlalu menuju kamarnya yg sebelumnya sudah ada adik-adik Normi.

*Keesokan paginya*

"Mah, Iky berangkat sekolah dulu. Minta ongkos...", Ujar adik kedua Normi

"Hati-hati, belajar yg bener! Setelah pulang, langsung pulang, jangan main dulu, kasihan adikmu gak ada yg jagain", terang Ibu kepada Iky sambil memberikan ongkos.

"Biasanya kan juga gitu, bu...", Nurut Iky sambil cium tangan Ibu dan menerima ongkos.

"Assalamualaikum", Iky.

"Wa alaykumussallam", sahut Normi dan Ibu berbarengan.

"Ciee... Kompak", ledek Normi sambil membantu Ibu menyiapkan sayuran untuk dagang.

*Ibu hanya terlihat manyun dan membuang muka sambil bercanda*


Bersambung...
   Tidak pernah terlintas dalam fikiran Normi akan bekerja di DKI Jakarta, meskipun motto hidupnya "tidak ada yang tidak mungkin", begitu fikirnya sepanjang perjalanan menuju tempat wawancara kerja di Jakarta Selatan. Normi adalah pria asal Bekasi yang baru saja lulus SMK Multimedia, tak ada yang luar biasa dari seonggok Normi, hanya saja hidungnya pesek, matanya belo, bibirnya tebal, kupingnya caplang, rambutnya lurus dan kepalanya lonjong, di samping itu Dia orang pertama di kelasnya yang memutuskan untuk bekerja setelah lulus dari SMK, padahal waktu itu Dia masih kelas 1. Bukan karena Dia malas belajar, melainkan karena Normi adalah anak pertama dari empat bersaudara, ditambah lagi Ibundanya menginginkan Dia bekerja setelah lulus SMK agar dapat membantu ekonomi keluarga. Maklum, Normi berlatarbelakang dari keluarga yang tidak bisa dikatakan kaya, namun dia selalu menegaskan "Guwe emang gak kaya harta, tapi Guwe kaya hati" atau "Tenang, Allah maha kaya" begitu ucapnya dengan semangat, setiap kali membahas hal yang ingin dicapainya namun uang menjadi penghambatnya. Selain untuk membantu ekonomi keluarga, Ibundanya juga berharap kepada Allah, agar kelak Normi bisa kuliah dengan uangnya sendiri.

Semenjak SD Normi bercita-cita ingin menjadi pembalap, karena menurutnya menjadi seorang pembalap itu keren, maco, dan olahraga lelaki pastinya, dengan menggunakan baju balap seperti di tv-tv. Setelah smp, Normi bercita-cita ingin menjadi seorang TNI AD. Menurutnya bisa menjadi seorang TNI AD itu hebat, bisa pegang senjata laras panjang, baris dengan badan yang tegap, bunyi sepatu "..bruk...bruk..bruk..", baret hijau di kepala, baju loreng di badan, mungkin ini salah satu efek dari mengikuti ekskul pramuka, padahal di Pramuka, Normi hanya datang 1 kali selama 1 tahun, saat kegiatan pelantikkan regu inti di SMPnya. Selama acara pelantikkan, Normi diperlakukan layaknya seorang TNI, itulah yang membuatnya ingin menjadi seorang TNI AD. Namun setelah Normi melanjutkan pendidikan ke SMK, ia bercita-cita ingin menjadi sutradara, sepertinya Normi anak yang sangat labil -_- . Di SMK, Normi mendalami jurusan Multimedia, yang mempelajari tentang membuat video dan desain grafis, mungkin inilah yang menyebabkan dia ingin menjadi sutradara.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh (klo jalan kaki), akhirnya Normi pun sampai ke tempat wawancara kerja bersama dengan Pak Ardni. Pak Ardni adalah tetangga sekaligus calon manager dari Normi. Terlihat tampak sedikit grogi dan kedinginan dari bahasa tubuh Normi, karena jarang berada di ruangan ber-AC, bahasa tubuh yang dimaksud adalah menggigil.

"Kamu tunggu di loby saja, klo resepsionisnya sudah datang kamu bilang sama dia, mau wawancara dan bertemu dengan ibu Inuy." kata pak Ardni.

"Oke pak." balas Normi.

Bersambung...