ME
Follow Me
Seperti biasa, meski matahari sudah tidak di posisinya tapi mata masih belum redup. Malam yg sunyi dan entah mengapa ada begitu banyak nyamuk di ruangan dengan luas 6M2. Terdengar suara kipas yg menyala disertai suara aneh dari mesinnya, dan beberapa lukisan wajah wali songo disalah satu sisi dalam ruangan yang terlihat tampak memperhatikan guwe.

"Oh man...Seharusnya, tadi guwe beli lotion nyamuk pas pulang dari wawancara", gumam Normi dalam hati sambil menggaruk tangan yg digigit nyamuk.

"Nor....", terdengar suara Ibu yang sedang memanggil nama guwe.

"Yaa, bu...!", Sahut Normi sambil bergegas menghampiri.

"Sudah pulang, toh. Adik-adik mu mana?", Tanya Ibu sambil membereskan sayur dagangan.

"Lagi pergi, bu...", Jawab Normi sambil ikut membantu membereskan dagangan.

"Pergi kemana?!", Tanya Ibu tampak bingung.

"Ke pulau...", Jawab Normi dengan cepat.

"Ke pulau?? Pulau mana? Sama siapa?" Tanya Ibu dengan sangat bingung.

"Ke pulau kapuk, bu... hhe", Jawab Normi sambil cengengesan.

"Kamu ditanya serius malah bercanda!" Ujar Ibu sambil melempar kol yg masih utuh dan...

"Aduhh... Maaf, bu... Normi bercanda", jawab Normi dengan sedikit kesakitan dan cengengesan.

"Bawa semuanya ke dalam dan simpan di dapur! Coba besok bercanda lagi bikin Ibu jantungan, ta' lempar gerobak! Tantang Ibu tampak emosi.

Tanpa banyak bicara lagi, Normi segera menuruti perkataan Ibunya.

"Gimana wawancara mu, lancar?", Tanya Ibu ke Normi yg sedang kembali ke kamar.

"Alhamdulillah, terasa terlalu mudah, bu. Karena pewawancara Pak Ardni dan beliau cuma bilang : "klo ditanya sudah interview atau belum sama bu Inuy, jawab saja sudah ya..." dan beliau juga tanya ke Normi, apakah bisa bahasa Inggris atau tidak", terang Normi pada Ibunya.

"Loh, terus kamu jawab apa?", Tanya Ibu.

"Bisa sedikit", jawab Normi.

"Terus??", Ibu.

"Pak Ardni bilang, sudah bisa pulang dan tunggu panggilan dari pihak HRD. Sekitar 1-2 hari, prosesnya tidak lama karena sedang membutuhkan karyawan", Normi.

"Ijazah mu gimana?", Ibu.

"Bisa nyusul", Normi.

"Apa gakpapa kaya gitu?", Ibu.

"Mana tahu, bu. Wong Pak Ardni ajah gak masalahin...", Normi.

"Yaa Ibu kan khawatir klo kamu sudah kerja beberapa hari tapi karena ijazah gak ada, jadi kamu gak digaji atau hal lain yg lebih buruk", Ibu.

"Ibu gak usah khawatir, selama pak Ardni enggak permasalahin itu bukan sesuatu yg penting. Klo emang penting, beliau pasti sudah bilang dari awal untuk bawa ijazah. Nyatanya enggak. Dan sepertinya, beliau punya jabatan tinggi di perusahaan itu." Terang Normi sambil memasuki kamarnya yg tanpa pintu dan hanya ditutupi kain.

"Yowes, istirahat... Besok bangun pagi bantu Ibu. Pintu depan jangan lupa dikunci!", Perintah Ibu sambil berlalu menuju kamarnya yg sebelumnya sudah ada adik-adik Normi.

*Keesokan paginya*

"Mah, Iky berangkat sekolah dulu. Minta ongkos...", Ujar adik kedua Normi

"Hati-hati, belajar yg bener! Setelah pulang, langsung pulang, jangan main dulu, kasihan adikmu gak ada yg jagain", terang Ibu kepada Iky sambil memberikan ongkos.

"Biasanya kan juga gitu, bu...", Nurut Iky sambil cium tangan Ibu dan menerima ongkos.

"Assalamualaikum", Iky.

"Wa alaykumussallam", sahut Normi dan Ibu berbarengan.

"Ciee... Kompak", ledek Normi sambil membantu Ibu menyiapkan sayuran untuk dagang.

*Ibu hanya terlihat manyun dan membuang muka sambil bercanda*


Bersambung...